Home  /  Kampoeng Heritage Kajoetangan

Kampoeng Heritage Kajoetangan

4.67
35

Selamat Datang Antique Enthusiast!

Kampoeng Kajoetangan terdeteksi sudah ada sejak abad XII Masehi. Dulunya Kampoeng ini hanyalah sebuah “Taloon” atau hutan belantara yang ditumbuhi pohon Patangtangan. Asal muasal nama Kajoetangan sendiri diambil dari pohon Patangtangan, pohon yang berbentuk menyerupai tangan manusia. Hal ini disebutkan dalam kitab Pararaton, dan kitab Negarakertagama. Konon katanya hutan ini jadi tempat persembunyian Ken Arok.

     Pada masa kolonial dan perkembangan agama Islam sekitar tahun 1800-an, Kampoeng Kajoetangan mulai menjadi tempat tinggal keturunan bangsa Belanda. Mereka mendirikan rumah-rumah di kawasan Celaket, Kajoetangan, Klojen Kidul dan Temenggungan. Pada saat itu pula hadir satu tokoh agama Islam yang mulai menyebarkan agama Islam di Kampoeng Kajoetangan.

     Beliau adalah senopati perang Pangeran Diponegoro, atau yang akrab dikenal dengan Mbah Honggo. Saat itu, kampoeng ini sempat ada konflik perebutan wilayah antara pribumi dengan Belanda, sebab keberadaan mereka dianggap sebagai penghambat Bouwplan V (rencana pengembangan Kota Malang) yang dirancang oleh Belanda. Kemudian Belanda berinisiasi untuk melakukan aksi penggusuran kampoeng ini. Namun, aksi tersebut berhasil digagalkan oleh pribumi yang saling bersatu dan membantu untuk mempertahankan wilayah Kampoeng Heritage Kajoetangan.

     Seiring berjalannya waktu, Kampoeng Heritage Kajoetangan yang merupakan tempat tinggal pribumi menjadi ancaman tersendiri bagi pemerintahan Belanda, sebab dikhawatirkan penyebaran wabah penyakit infeksi bakteri (PES) yang akan semakin meluas. Oleh karena itu, pemerintah Belanda menginisiasi pembangunan sanitasi air yang dapat mengontrol volume aliran air di daerah Kampoeng Heritage Kajoetangan.

     Pada masa kemerdekaan Indonesia, Kampoeng Kajoetangan juga menjadi saksi bisu perlawanan pribumi terhadap Belanda selama Agresi Militer Belanda II. Hal ini dibuktikan dengan penembakan mortir oleh Belanda yang mengenai salah satu rumah di Kampoeng Heritage Kajoetangan. Beruntungnya peristiwa tersebut tidak menimbulkan adanya korban jiwa karena seluruh warga telah mengungsi di Terowongan Semeru, yang masih satu lokasi dengan Kajoetangan.

     Di tahun 1955 dilakukan nasionalisasi terhadap bangunan-bangunan bekas milik Belanda. Perkembangan rumah sangat pesat, tidak lagi .menggunakan arsitektur Belanda, tapi banyak bermunculan tipe rumah jengki sebagai khas rumah Malangan. Rumah Jengki adalah rumah yang memiliki ciri-ciri bangunan luar tampak miring, namun untuk interiornya berbentuk kubus.

     Potensi kekayaan Kampoeng Heritage Kajoetangan ini sudah mulai disadari oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan mereka mencoba mengembangkan Kampoeng  Kajoetangan yang dianggap mampu menarik para wisatawan. Upaya - upaya yang dilakukan, Pokdarwis akhirnya membuahkan hasil, dibuktikan dengan ditetapkannya Kampoeng Heritage Kajoetangan oleh Pemerintah Kota Malang sebagai kawasan warisan budaya pada 22 April 2018 dengan banyak peninggalannya yang bernuansa tempo dulu. Peninggalan -peninggalan tersebut mempunyai sejarah tersendiri dan bisa menjadi komoditi dalam menghadirkan wisata di tengah Kota Malang.

Book now to secure your room at the lowest guaranteed price.

Latest Property Reviews

  • Salah satu kampung heritage yang ada di Malang untuk tempat tempatnya menarik, butuh banyak waktu buat bisa keliling keliling di tempat ini. Pas masuk registrasinya bayar goceng aja untuk domestik udah dapet postcard, nah di postcard ada foto tempat tempat unik beserta deskripsinya, seru buat main game nyari tempat dari foto yang kita punya. Mangkanya lebih asik kalo kesini bawa banyak temen. Suasana paling enak yang pinggir sungai sambil makan es krim. Oh iya sama kalo lagi jalan kudu hati hati jangan Meleng soalnya banyak motor lalu lalang
    5
  • Biasanya klo ke sini malem dan akhirnya kemarin baru sempat ke sini siang dan masuk ke kampung heritage. Htm 5000 (hari senin), pas masuk kayak perkampungan biasa sebenernya. Cuma ada beberapa spot vintage yg khas jadoel bgt. Ada banyak tempat kuliner di dalam yang lumayan buat dicoba. Suasananya enak klo buat nongkrong sama temen. Ada jasa fotografi juga di dalem yg murah juga. So far, okelah.
    5
  • Kesan pertama kali, datang saat siang cukup panas dan kurang asyik. Tiket masuk hanya Rp 5.000,- untuk warga lokal dan Rp.10.000,- untuk turis. Kampungnya luas, tanda penunjuk jalannya kurang informatif, sehingga bagi pendatang baru cukup menyesatkan. Berkunjung saat weekend ramai. Di kampung ini ada beberapa yg menjual berbagai makanan, minuman, kedai rumahan, dan oleh-oleh. Kampungnya bersih, tapi terasa kurang nyaman dan tidak betah berlama-lama disini. Beberapa spot foto terasa biasa saja, ada beberapa rumah yg disediakan khusus untuk berfoto namun di charge bayar seikhlasnya
    4

POST A COMMENT

Write a Review

social profiles

Contact the property

You don't have permission to register